Saturday, February 2, 2013

Ketika Hati Pernah Terbagi

Harus diakui, siapa pun orang di sekitar kita pasti memiliki tempat tersendiri di hati.

Berdasarkan perbedaan porsi, muncullah klasifikasi status sosial-pribadi: kenalan, teman, sahabat, saudara, keluarga, atau bahkan kekasih.
Klasifikasi tersebut memiliki satu pondasi: cinta.
Kualitas cinta akan semakin sempurna apabila memiliki porsi yang total, Sepenuh hati, Suci.
Cinta seperti ini tentu saja didasarkan bukan semata-mata cinta karena makhluk, melainkan cinta karena Allah SWT.

Cinta seperti inilah yang patut kita realisasikan dalam kehidupan, termasuk pernikahan.
Jangan Hanya ‘Sisa’
Bukankah rumah yang kokoh itu tidak dibangun dari kayu yang rapuh?
Begitupun dengan pernikahan. Dibutuhkan hati yang utuh untuk menciptakan pernikahan yang kokoh.
Tapi justru dewasa ini, kita disuguhkan dengan fenomena permainan hati (pacaran) yang kian semarak dan menjamur di masyarakat.
Di mana sebelum menikah, hati dibuka lebar-lebar layaknya hotel untuk disinggahi banyak orang secara ‘temporer’, namun memberi bekas secara ‘permanen’.
Bagaimana tidak, pernikahan dengan kondisi hati seperti ini akan melahirkan banyak perbandingan lantaran kenangan-kenangan dengan ‘si dia’, ‘si dia’, atau ‘si mereka’ yang terus saja membayang di setiap jengkal kehidupan.
Manakala suami/istri kita menyuapi bubur misalnya, terlintas begitu saja bayangan ‘si dia’ yang dulu juga pernah menyuapi kita bubur.

Hal itu disebabkan oleh pemberian hati yang tidak utuh lantaran telah banyak lubang yang dihasilkan tusukkan-tusukkan cinta yang ‘semu’ dari masa lalu.
Menyedihkan, hiks..hiks..
ibaratkan, ketika kita melihat kertas polos dengan satu nama di tengahnya, mata kita akan menangkap satu sentralisasi konsentrasi yang utuh.
Namun, jika terdapat banyak nama dan tulisan di kertas tersebut.
Mata kita akan mendapati banyak nama dan konsentrasi kita menjadi tidak fokus.
Meskipun nama yang dituju telah diberi tanda khusus, lingkaran misalnya, namun tetap saja kertas itu tidak bersih dan indah. Tulisan-tulisan selain yang dilingkari kerap kali mengganggu.

Hal serupa terjadi pada hati kita.
Hati yang belum pernah terjamah permainan cinta akan fokus terhadap satu nama pertama dan terakhir.
Di mana nama tersebut hanya  tertulis sebagai pendamping hidup kita.

Maka coba tanyakan pada nurani, apakah kita tega hanya memberi hati yang ‘sisa’ kepada suami/istri kita?
Sementara tanyakan pada logika, apakah kita siap hanya mendapat hati yang ‘sisa’ dari suami/istri kita?

Rumah yang Kokoh 
Sungguh indah segala keteraturan.
Layaknya lalu lintas, indahnya keselamatan akan tercipta apabila para pengguna jalan mematuhi rambu-rambu yang ada secara teratur.
Untuk membentuk rumah tangga yang indah pun perlu adanya sebuah keteraturan dalam membangunnya: keteraturan menjaga hati dan kesucian diri.
Sebelum berumah tangga, seorang Muslim haruslah menjaga kesuciannya.
Menjaga diri dari masuknya cinta selain untuk Allah SWT.
Maka dari itu tidaklah dibenarkan untuk mengikuti langkah-langkah syetan dengan mengumbar cinta atau berpacaran sebelum menikah.
Dengan begitu hati akan tetap terjaga kesuciannya dari lubang-lubang cinta yang tidak semestinya.
Tatkala menikah, hati yang utuh dan suci akan merasa bahagia dengan cinta pertama dan terakhir.
Cinta yang diberikan kepada suami/istri dalam balutan ridha Illahi.
Cinta yang utuh, lantaran hati tak pernah terjamah cinta yang lain.
Cinta yang suci, lantaran hati tak pernah terkotori cinta yang salah.
Cinta seperti inilah dapat saling melindungi dan memberikan nuansa kemurnian cinta yang sesungguhnya dalam rumah tangga.

Kini tengoklah ke dalam hati, sudah sejauh mana hati terbagi?
Andai pernah tersalah.. semoga bisa menjadi hikmah dan pelajaran agar kedepannya bisa memperbaiki serta istiqomah di jalan kebaikan..
Fitrah sebagai manusia pasti ada rasa cemburu jika istri atau suamimu pernah membagi hatinya pada oranglain.. T_T
---------------------------------------------------------------------------------------------------
inginku, kelak kudapatkan seseorang yang hatinya dipenuhi oleh cinta kepada Allah,
dan menjaga hatinya hanya untuk kekasih halalnya kelak.
andai  tak sesuai dengan inginku, ridho hatiku dengan segala ketentuanMu..
ku tau, allah tau yang terbaik untukku. ^_^

semoga bisa terus memperbaiki diri untuk menjadi pribadi yg baik
menjadi umat yg terbaik..

No comments:

Post a Comment

Goresan pena Si Pengemis ilmu © 2008. Design by :vio Templates Sponsored by: gold bola