Harus diakui, siapa pun orang di sekitar kita pasti memiliki
tempat tersendiri di hati.
Berdasarkan perbedaan porsi, muncullah klasifikasi status
sosial-pribadi: kenalan, teman, sahabat, saudara, keluarga, atau bahkan
kekasih.
Klasifikasi tersebut memiliki satu pondasi: cinta.
Kualitas cinta akan semakin sempurna apabila memiliki porsi
yang total, Sepenuh hati, Suci.
Cinta seperti ini tentu saja didasarkan bukan semata-mata
cinta karena makhluk, melainkan cinta karena Allah SWT.
Cinta seperti inilah yang patut kita realisasikan dalam
kehidupan, termasuk pernikahan.
Jangan Hanya ‘Sisa’
Bukankah rumah yang kokoh itu tidak dibangun dari kayu yang
rapuh?
Begitupun dengan pernikahan. Dibutuhkan hati yang utuh untuk
menciptakan pernikahan yang kokoh.
Tapi justru dewasa ini, kita disuguhkan
dengan fenomena permainan hati (pacaran) yang kian semarak dan menjamur di
masyarakat.
Di mana sebelum menikah, hati dibuka lebar-lebar layaknya
hotel untuk disinggahi banyak orang secara ‘temporer’, namun memberi bekas
secara ‘permanen’.
Bagaimana tidak, pernikahan dengan kondisi hati seperti ini
akan melahirkan banyak perbandingan lantaran kenangan-kenangan dengan ‘si dia’,
‘si dia’, atau ‘si mereka’ yang terus saja membayang di setiap jengkal
kehidupan.
Manakala suami/istri kita menyuapi bubur misalnya, terlintas
begitu saja bayangan ‘si dia’ yang dulu juga pernah menyuapi kita bubur.
Hal itu disebabkan oleh pemberian hati yang tidak utuh
lantaran telah banyak lubang yang dihasilkan tusukkan-tusukkan cinta yang
‘semu’ dari masa lalu.
Menyedihkan, hiks..hiks..
ibaratkan, ketika
kita melihat kertas polos dengan satu nama di tengahnya, mata kita akan
menangkap satu sentralisasi konsentrasi yang utuh.
Namun, jika terdapat banyak nama dan
tulisan di kertas tersebut.
Mata kita akan
mendapati banyak nama dan konsentrasi kita menjadi tidak fokus.
Meskipun nama yang dituju telah diberi tanda khusus,
lingkaran misalnya, namun tetap saja kertas itu tidak bersih dan indah. Tulisan-tulisan selain yang dilingkari kerap kali
mengganggu.
Hal serupa terjadi pada hati kita.
Hati yang belum pernah terjamah permainan cinta akan fokus
terhadap satu nama pertama dan terakhir.
Di mana nama tersebut hanya tertulis sebagai pendamping hidup kita.
Maka coba tanyakan pada nurani, apakah kita tega hanya
memberi hati yang ‘sisa’ kepada suami/istri kita?
Sementara tanyakan pada logika, apakah kita siap hanya
mendapat hati yang ‘sisa’ dari suami/istri kita?
Rumah yang Kokoh
Sungguh indah segala keteraturan.
Layaknya lalu lintas, indahnya keselamatan akan tercipta
apabila para pengguna jalan mematuhi rambu-rambu yang ada secara teratur.
Untuk membentuk rumah tangga yang indah pun perlu adanya
sebuah keteraturan dalam membangunnya: keteraturan menjaga hati dan kesucian
diri.
Sebelum berumah tangga, seorang Muslim haruslah menjaga
kesuciannya.
Menjaga diri dari masuknya cinta selain untuk Allah SWT.
Maka dari itu tidaklah dibenarkan untuk mengikuti
langkah-langkah syetan dengan mengumbar cinta atau berpacaran sebelum menikah.
Dengan begitu hati akan tetap terjaga kesuciannya dari
lubang-lubang cinta yang tidak semestinya.
Tatkala menikah, hati yang utuh dan
suci akan merasa bahagia dengan cinta pertama dan terakhir.
Cinta yang diberikan kepada suami/istri dalam balutan ridha
Illahi.
Cinta yang utuh, lantaran hati tak pernah terjamah cinta
yang lain.
Cinta yang suci, lantaran hati tak pernah terkotori cinta
yang salah.
Cinta seperti inilah dapat saling melindungi dan memberikan
nuansa kemurnian cinta yang sesungguhnya dalam rumah tangga.
Kini tengoklah ke dalam hati, sudah sejauh mana hati
terbagi?
Andai pernah tersalah.. semoga bisa menjadi hikmah dan pelajaran agar kedepannya bisa memperbaiki serta istiqomah di jalan kebaikan..
Andai pernah tersalah.. semoga bisa menjadi hikmah dan pelajaran agar kedepannya bisa memperbaiki serta istiqomah di jalan kebaikan..
Fitrah sebagai manusia pasti ada rasa cemburu jika istri atau suamimu pernah membagi hatinya pada oranglain.. T_T
---------------------------------------------------------------------------------------------------
inginku, kelak kudapatkan seseorang yang hatinya dipenuhi oleh cinta kepada Allah,
dan menjaga hatinya hanya untuk kekasih halalnya kelak.
andai tak sesuai dengan inginku, ridho hatiku dengan segala ketentuanMu..
ku tau, allah tau yang terbaik untukku. ^_^
semoga bisa terus memperbaiki diri untuk menjadi pribadi yg baik
menjadi umat yg terbaik..
No comments:
Post a Comment